Senin, 18 Agustus 2014

Safety riding??? ayo kita kupas satu-satu...

 Kondisi jalan yang seperti saat ini membuat sepeda motor menjadi pilihan paling praktis dan ekonomis sebagai alat transportasi baik pribadi maupun keluarga.
Kemampuan melalui jalan yang relatif kecil (selap selip) seakan membuat motor menjadi kendaraan ‘bebas macet’ dan efektif, sementara itu juga konsumsi BBM yang sangat irit membuat kendaraan ini sangatlah ekonomis.

Namun sayang juga ketika demikian mudahnya memperoleh sepeda motor, tetapi tidak dibarengi dengan kesadaran untuk belajar berkendara dengan baik dan aman. Masih banyak kita lihat orang mengendarai motor dengan sekencang-kencangnya, atau sangat lambat dan lain-lain yang membahayakan dirinya juga orang lain disekitarnya.
Menurut survey tim safety riding course, lebih dari 50% kecelakaan sepeda motor disebabkan oleh faktor manusia itu sendiri, selain faktor kendaraan dan lingkungan.

Mungkin disinilah perlunya kita ikut suatu klub motor. Apakah itu klub motor sejenis maupun klub motor berbagai merek, yang penting adalah klub yang bisa membina kita menjadi bikers yang baik dan tertib.
Klub motor yang baik salah satunya adalah klub yang peduli dengan keselamatan dan keamanan berkendara.
Beberapa klub yang saya kenal, melakukan acara khusus untuk melatih dan memberi pencerahan tentang keselamatan dan keamanan berkendara. Bahkan untuk menggelar acara tersebut dilibatkan juga beberapa vendor sebagai sponsor, yang artinya semua sepakat akan pentingnya keselamatan.

Safety Riding ! Sama halnya dengan istilah Safety Driving bagi pengguna mobil, istilah Safety Riding mengacu kepada perilaku berkendara yang secara ideal harus memiliki tingkat keamanan yang cukup bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dalam pelatihan Safety Riding, disajikan dalam teori dan praktek.
Umumnya dalam teori dijelaskan seputar keselamatan berkendara, pentingnya pemanasan tubuh saat hendak berkendara, kesiapan kendaraan, posisi berkendara yang ideal, dan lain-lain.

Kesiapan berkendara yang diperlukan untuk sepeda motor antara lain:

Sarung Tangan, sebaiknya memiliki lapisan yang dapat menutupi kedua belah tangan dan bahan yang dapat menyerap keringat serta tidak licin saat memegang grip/handle motor.
Jaket, sebaiknya mampu melindungi seluruh bagian tubuh baik dari terpaan angin maupun efek negatif kala terjadi benturan baik kecil maupun besar.
Helm (minimal Half Face), sebaiknya mampu memberikan proteksi lebih kepada kepala, poin inilah yang selalu dilewatkan oleh tipikal bikers pengguna helm ‘catok’ dan sejenisnya.
Sepatu, haruslah mampu memberikan kenyamanan serta keamanan bagi seluruh lapisan kaki.
Secara umum untuk pelatihan praktek Safety Riding diajarkan:

-Teknik pengereman dengan hanya mengandalkan rem depan, rem belakang, dan kombinasi keduanya. Teknik ini untuk membiasakan bikers untuk membedakan fungsi dua sisi rem saat hendak berhenti ber-akselerasi.

-Teknik “slalom” dengan cone di lintasan. Teknik ini untuk melihat kemampuan peserta menikung dengan cepat dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya

-Teknik berjalan di lintasan ala “bumpy-road” , teknik ini untuk membiasakan bikers untuk memberi kenyamanan saat jalan tidak mulus atau bergelombang.

-Teknik berkendara di lintasan lurus dan sempit berupa bilah dengan asumsi kendaraan berjalan di jalan kecil dan diliputi kemacetan. Teknik ini untuk membiasakan diri bagi bikers untuk tetap dapat melakukan handling tanpa menurunkan kaki dalam kecepatan rendah.

Perangkat keamanan semacam decker lutut dan siku plus helm menjadi wajib untuk peserta pelatihan Safety Riding.

Dari materi-materi seperti inilah diharapkan muncul niatan dari para pengendara untuk membiasakan diri sendiri memberi upaya keselamatan berkendara. Gampang-gampang susah, itu ternyata pendapat yang muncul di benak peserta setelah semua sesi praktek dilapangan dilakukan.
Dari sekian banyak poin yang dipelajari peserta semua memiliki arti masing-masing dengan kesimpulan bahwa keselamatan berkendara amatlah dibutuhkan untuk mengurangi angka kecelakaan dijalan. Ya ! Semua dimulai dari diri sendiri, alangkah baiknya jika hasil kursus singkat ini dapat dibagi dengan rekan-rekan lain sesama pengendara.

Buktikan bahwa kita mampu berkendara dengan baik, tidak sembrono, tidak ugal-ugalan, patuh lalu-lintas, dan menghormati sesama pengguna jalan serta memberi contoh positif kepada sesama pengguna jalan.

sumber :
Contributed by Andry Berlianto
Edited by Saftari
Source www.saft7.com


Sadar Keselamatan Diri Sendiri
Perlengkapan lengkap Aman Berkendara (*istilah kerennya Safety Riding) memang tidak menjamin kita mampu selamat dari kecelakaan tapi paling tidak perlengkapan yang memadai dapat mengurangi resiko cedera berlebih. Jadi inget beberapa cerita teman dibawah ini …

1. Helm tidak di-klik.

Sebut saja namanya Eben, kalo naik motor selalu menyepelekan bunyi klik yang seharusnya terdengar saat kita mengenakan helm. Cerita punya cerita di tengah perjalanan kepalanya benjol setelah terjatuh dari motor setelah helm nya terlepas dari kepala. Kok bisa lepas? Ya karena ga di klik sih. Kok bisa jatuh? Ya namanya jalanan siapa saja bisa berbuat kesalahan dan kali ini kesalahan dibuat pengendara motor batangan yang berjalan zig-zag. Seperti efek domino, ketika ada momen beradu satu sama lain, efeknya bagi yang sudah berhati-hati pun bisa ketiban sial. Dan kali ini menimpa si Eben, dah sial kena efek domino, eh tuh helm melejit dari kepala yang membuatnya terjatuh dan benjol. Beruntung hanya benjol, coba kalo kepalanya kesambar motor dari belakang. Iiihhh … serem deh. Yuk .. di klik helmnya, tapi liat lagi helm nya ! Cetok bukan? lha wong helm mahal aja bukan jaminan selamat apalagi model cetok. Pake Cetok? Goblok ! Ga pake? Apalagi !!
2. Kebetulan pake Sandal.
Nah yang ini namanya Sapto, sehari-harinya melintas di jalur Casablanca. Jalanan seperti menyimpan sebuah kejutan dan sewaktu-waktu kita sebagai pengguna jalan bisa menjadi penerima kejutan tersebut. Sehari-hari Sapto memang mengenakan sepatu untuk berkendara tapi ya dasar nya lagi apes, di hari yang cerah itu karena terburu-buru justru sepatu yang biasa dipakainya kini terlewatkan untuk dikenakan. Jadilah kita tengah melintas di Fly Over, entah tergerus aspal atau mungkin terbentur footstep motor lain, sukseslah punggung kakinya mengucurkan darah segar. Kejadian kecil yang seharusnya bisa diantisipasi oleh sebuah sepatu tapi justru hanya membuahkan penyesalan karena sifat terburu-burunya. Sepatu menjadi perlengkapan standar berkendara karena memang memberikan perlindungan, tentunya kembali ke kualitas sepatu itu sendiri. Dan jika kita sudah berniat melindungi diri sendiri sedari awal, semoga kejadian kucuran darah itu tidak menimpa diri kita.
3. Salahkan pak Polisi !!!
Kemacetan sudah tidak bisa dihindari lagi dan memang sudah menjadi menu utama berkendara sehari-hari. Kejadian sedikit berbeda di pagi hari yang cerah ini. Tidak terukur sih berapa panjang antrian kendaraan yang saling adu salip di tengah kemacetan. Tapi jarak antara wilayah Cipinang menuju Mal Ambasador tidak bisa dikatakan dekat. Macet sih biasa dan sebisa mungkin kita menikmati kemacetan tersebut karena memang jumlah kendaraan sudah tidak sesuai dengan luas jalan. Apa lacur, ternyata sumber kemacetan pagi ini adalah sekelompok orang yang tengah parkir di ruas jalan yang seharusnya menjadi space jalan kendaraan. Entah tengah menjalani kegiatan ibadah ya hanya mereka yang tau karena efeknya membuat sengsara ratusan kendaraan yang tumplek blek sembari beberapa mengucap sumpah serapah. Motor-motor besar petugas dari Kepolisian ternyata juga tampak ditengah kerumunan, alih-alih mengurai kemacetan, mereka justru sibuk dengan obrolan pinggir jalan sembari bercanda satu sama lain baik sesama petugas maupun jemaat. Sebuah kondisi yang seharusnya ga boleh terjadi. Apa hubungannya sama Safety Riding nih? .. Ya tinggal dihubungkan aja karena bicara Safety Riding ga melulu soal piranti standar keselamatan, tapi juga sikap sabar dan disiplin serta saling hormat menghormati sesama pengguna jalan.


dikutip dari: ridesafe.multiply.com/journal/item/99

2. Berkendara Saat Hujan atau Banjir

Pada musim penghujan seperti saat ini, di jalan raya banyak terdapat banjir lokal atau setidak banyak genangan air di jalan-jalan. Genangan air ini terjadi karena hujan yang memang turun deras dan lama juga karena sistem peresapan air dan drainase kota yang kurang baik.

Bagi pengendara sepeda motor, kondisi ini memang tidak nyaman. Terlebih jika wilayah tersebut harus dilewati setiap hari, seperti bekerja atau beraktivitas lain yang tak bisa ditunda atau dibatalkan. Mau tak mau, sepeda motor kitapun terpaksa harus melewati genangan air tersebut. Melintas jalanan yang tergenang air diperlukan kiat-kiat tersendiri agar selama perjalanan kita tetap merasa aman.

> Tenang dalam mengendarai

Jangan terlalu takut dan cemas melihat kondisi jalan yang tergenang air. Jika perasaan mulai cemas, pengemudi bisa serba salah disaat mengemudi. Tetap tenang, yang penting dari awal kita sudah memperhitungkan bahwa motor kita akan mampu melewati genangan air tersebut . Jika memang sejak awal sudah diperhitungkan, bahwa genangan tak mungkin mampu dilewati karena tinggi permukaan air yang diatas batas kemampuan motor kita, jangan memaksakan untuk terus.

> Hitung ketinggian air
Genangan air di jalan perlu yang kita lewati kita perkiraan secara tepat. Apakah tinggi genangan ai tersebut mencapai batas ketinggian maksimum air yang dapat membuat air masuk ke dalam kenalpot atau ke dalam ruang pembakaran mesin melalui saringan udara. Jika genangan air kurang lebih 25cm, sepeda motor masih bisa melaju. Bila ketinggiannya lebih dari itu, sebaiknya berbalik arah dan mengambil jalan lain.

> Hindari Aqua Planning

Aqua Planning adalah suatu keadaan dimana terdapatnya air di antara ban dan permukaan jalan, sehingga traksi antara ban dengan permukaan jalan hampir tak ada atau nol. Hal ini disebabkan telapak ban atau kembangan ban tak mampu membuang air ke samping dengan cepat, sehingga kendaraan seolah-olah "melayang" dan susah dikendalikan. Sewaktu akan memasuki genangan air di depan, kurangi kecepatan dengan melakukan pengereman dan segera pindah ke gigi yang lebih rendah, sampai akhirnya ke gigi 1.
Selama memasuki genangan, jaga rpm mesin jangan terlalu rendah. Usahakan rpm selalu diatas 1500. Sebab kita perlu menjaga traksi kendaraan. Dengan rpm yang lebih tinggi, akan membuat traksi roda kendaraan semakin besar dan maksimal.

> Imbangan pengereman dengan engine brake
Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari hilangnya traksi (slidding), hingga pengendalian kendaraan menjadi kurang terjaga. Dengan pengereman yang dibantu engine brake, traksi ban akan selalu terjaga. Pengereman jadi lebih aman dan optimal.

> Hindari pengereman mendadak (emergency brake)
Jika sampai harus melakukan pengereman, usahakan kaki bergerak seolah-olah seperti sifat Antilock Brake System, yaitu tekan-angkat. Jadi lakukan pengereman dengan cara menginjak pedal rem, lepaskan kemudian injak lagi. Lakukan beberapa kali. Hal ini memang memerlukan jam terbang dan pengalaman khusus mengenai karakter rem kendaraan kita sendiri.

> Amati sesuatu yang terjadi dengan kendaraan di depan
Perhatikan segala sesuatu yang terjadi dengan kendaraan didepan kita, pada saat kendaraan harus melalui genangan air yang dianggap cukup dalam kurang lebih 50cm, sehingga permukaan jalan tak tampak. Kemudian ada sesuatu yang terjadi dengan kendaraan di depan kita, misalnya terperosok lubang yang dalam. Kita tak perlu melakukan kesalahan yang sama. Saat melintas di tempat sama pilih di sebelah kiri atau kanan tempat lubang tadi.

> Amati dan cari genangan air yang terendah
Jika diamati, kendaraan yang melewati daerah banjir tentu menyebabkan terjadinya gerakan atau gelombang air dibelakangnya. Nah, antisipasi kita saat berada dibelakang kendaraan lain adalah memilih atau menyesuaikan jarak motor dengan kendaraan di depan. Dimana terjadi gelombang air paling rendah.

> Toleran dengan pemakai jalan yang lain

Sewaktu berkendara di jalan tentu saja banyak pemakai jalan yang lain. Seperti pejalan kaki, sepeda, motor atau kendaraan yang lain. Yang perlu diingat adalah mereka juga punya hak yang sama seperti kita, untuk mendapatkan kenyamanan saat berkendara. Misalkan sewaktu ada pejalan kaki ditrotoar, sebaiknya kurangi kecepatan sampai tak menimbulkan percikan air yang bisa mengenai pejalan kaki tersebut.

> Kurangi tekanan ban

Untuk menambah kemampuan traksi, bila perlu kurangi tekanan ban 1 atau 2 spek. Misalnya pada keadaan normal tekanan ban kita 30 psi, untuk menghadapi musim penghujan ini sebaiknya dikurangi menjadi 28psi. Tapi jangan lupa pada saat keadaan normal tambahkan tekanan seperti sebelumya.

> Kendarai motor sedikit ke tengah

Karena kondisi permukaan jalan tak tampak tertutup air, maka batas antara aspal dan bahu jalan tak kelihatan. Biasanya ada beda ketinggian di situ. Untuk menghindari terperosok ke bahu jalan, kendarai sedikit ke tengah.

> Normalkan/keringkan kembali rem kita

Setelah berhasil melewati suatu genangan banjir, perhatikan situasi jalan dan cari tempat yang aman dan tidak mengganggu pengendara lain untuk mengeringkan rem, terutama sistem tromol. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menginjak pedal rem dengan kaki kiri dan gas dengan kaki kanan secara bersamaan. Atur supaya motor tetap dapat berjalan dengan pelan. Tak usah sampai terlalu jauh, kira-kira 10m sudah cukup. Dengan begitu akan timbul panas yang akan mempercepat keringnya tromol rem.

> Hindari Water Hammer

Water Hammer adalah kerusakan yang ditimbulkan karena masuknya air ke dalam mesin (ruang pembakaran), sehingga menyebabkan beberapa kerusakan atau kerugian. Jika air sampai masuk ke dalam ruang pembakaran, akan dapat menyebabkan banyak kerusakan seperti piston pecah, bengkoknya stang piston. Pasalnya kerja kompresi oleh piston menjadi berat karena air tak mampu di kompresi.

(dari berbagai sumber)
    
Kesalahan dalam Percobaan (Error on Trial)
Kecelakaan tidak begitu saja terjadi, ada sebabnya. Kesalahan manusia menjadi faktor utama. Berlawanan dari opini populer yg ada, tak semua
kecelakaan disebabkan oleh pengemudi mobil, pengendara motorpun berbuat kesalahan. Dari Error on Trial yg dilakukan didapat data sbb :

Mobil

- gagal melihat dgn semestinya 18%
- gagal memutuskan10%
- kecerobohan 9%
- manuver yg buruk 8%
- kehilangan kendali 8%

Motor
- kehilangan kendali 14%
- gagal melihat dgn semestinya 14%
- gagal memutuskan10%
- manuver yg buruk 10%
- kecerobohan 9%

-------------------------------------------------------------
artikel investigasi khusus ini disadur bebas dari kolom Feature "Stop Crashing" Superbike Magazine edisi April 2007 halaman 62, berjudul
"7 Deadly Bins and How to Avoid them", ditulis oleh Dave Bradford, foto oleh Graeme Brown & ilustrasi oleh Huw Williams.



 Menghadapi Rintangan di Jalan

Jalan raya memiliki kualitas yang bervariasi. Ada yang halus dan mulus, ada yang bergelombang, bahkan berlubang-lubang. Berikut ini tips untuk menghadapi kondisi jalan yang beragam.

> Jalan dengan genangan air

Saat melewati genangan air, usahakan untuk mengurangi kecepatan karena genangan air membuat traksi ban berkurang. Jika kondisi lalu lintas disekitarnya memungkinkan, usahakan untuk menghindarinya karena kita tidak tahu sedalam apa genangan air tersebut.

> Jalan dengan banyak pasir, berlumpur atau banyak daun kering

Jalan seperti ini juga bisa membuat kita kehilangan kontrol kemudi atau ban selip. Cara terbaik memang dengan menghindari, namun jika sudah terlalu dekat akan sangat berbahaya untuk berbelok-belok menghindar. Sebaiknya kurangi kecepatan dan melintas secara perlahan.

> Polisi tidur

Saat melewati polisi tidur, kurangi kecepatan dan lewati secara tegak lurus.

> Jalan bergelombang atau berbatu-batu

Untuk melewati jalan seperti ini, gunakan gigi rendah dan melintas perlahan dengan hati-hati. Hindari memindah gigi dan berkendara dengan sedikit mengangkat pinggang akan lebih memudahkan untuk menyeimbangkan kendaraan.

> Melewati lempeng baja

Pada jalan yang sedang ada perbaikan jembatan atau gorong-gorong misalnya, kadang kita harus berjalan diatas lempeng baja. Jika kondisi basah dan sedikit berlumpur, lempeng baja akan menjadi sangat licin. Melintaslah dengan perlahan dan hati-hati.

> Tumpahan oli

Oli yang tumpah dijalan sangat membahayakan karena dapat menghilangkan traksi ban, kemudi menjadi susah dikontrol. Saat melewati tumpahan oli, usahakan jangan sampai melewati dengan kondisi miring / berbelok. Lebih baik berjalan tegak lurus dan usahakan mengurangi kecepatan.

> Kondisi hujan

Jalan yang basah membuat jarak pengereman menjadi lebih jauh. Jaga jarak lebih panjang agar terhindar dari tabrak belakang. Saat berbelok juga harus dalam kecepatan yang lebih rendah daripada saat kita melewati dalam kondisi kering.

Mungkin beberapa keterangan diatas dapat mengingatkan kita saat kita berkendara agar dapat berkendara secara aman.

Berkendara dengan Aman

> Di lampu lalu lintas

Sering kita lihat, pengendara motor atau mobil melihat lampu lalu lintas yang diarah lain. Misalkan saat di perempatan, pengendara lihat lampu lalu lintas yang ditujukan pada arah sebelah kanan kita sudah berwarna kuning, maka pengendara langsung bersiap menggeber gas. Hal ini sangat berbahaya karena dari arah tersebut bisa saja masih ada kendaraan yang menerobos lampu kuning. Jadi saat kita dihadapkan pada lampu lalu lintas, perhatikan saja lampu yang ada dihadapan kita. Saat sudah menyala hijau baru kita berjalan, tentu saja dengan tetap memperhatikan kondisi lalu lintas di sekitarnya.

> Di dekat mobil

Hati hati jika kita akan melintas di dekat mobil, karena bisa saja penumpang mobil tsb berhenti tiba-tiba dan membuka pintu atau berbelok tiba-tiba. Usahakan saat kita melintas didekat mobil, kita berada pada jangkauan penglihatan kaca spion mobil tsb sehingga pengendara mobil mengetahui keberadaan kita.

> Melintas dekat mobil yang berhenti

Saat melintas dekat mobil yang berhenti, kita tidak tahu apa yang ada didepan mobil. Bisa saja ada orang yang akan menyeberang sehingga mobil tsb berhenti. Jadi coba untuk memperlambat kendaraan dan memastikan jalan dalam kondisi aman.

> Saat berkendara disamping mobil di sisi dalam tikungan
Ketika mobil berbelok ditikungan, sisi belakang mobil cenderung semakin rapat kesisi dalam karena perbedaan radius putar antara ban depan dan belakang, sehingga tidak aman bagi motor untuk berada disi dalam tikungan saat mobil menikung.

> Mendahului mobil yang tidak aman

Mendahului mobil pada posisi yang tidak memungkinkan kita melihat kondisi lalu lintas didepan sangat berbahaya, contohnya:

¤ Saat berada ditikungan
¤ Saat di puncak tanjakan
¤ Dalam terowongan tanpa pembatas jalur
¤ Dekat persimpangan jalan
¤ Dalam kompleks perumahan atau dekat sekolah dimana anak-anak banyak bermain

Etika Berkendara

Walau sehari-hari naek motor, kadang-kadang kite ‘apes’ dan terpaksa naik mobil. Eh.., pas di belakang kemudi banyak biker kadang ngeselin. Mereka nyemplak motor, lagaknya jalanan milik moyangnya. Padahal kalau kegebok, bikerlah yang cedera paling besar. Iyalah.
Nah, biar kita nggak ngeselin dan terhindar dari celaka, nggak salah menyimak tips hasil rangkuman pengalaman.

> Hindari Plean di Tengah-tengah Jalan
Ini sering terjadi. Mereka adem ayem aje jalan pelan di tengah jalan. Pengemudi mobil bakal kesulitan melewatinya. Apalagi kalau mereka lagi tanggung ngebejek gas.

Biker paham etika harusnya ngerti kalau mau pelan, ya minggir. Supaya kagak jadi handicap pengendara mobil.


> Wajib Kasih Tanda Sebelum Belok
Di belakang kemudi mobil, sopir sering bertanya. Nih, motor mau belok ape lempeng. Soalnya dia ngambil posisi di tengah jalan dan di depannya ada pertigaan atau gang.

Nggak sabar, dia ngambil keputusan dan langsung nyusul. Eeh.., tiba-tiba bikernya belok dan jeedaaar! Mobil menghantam motor. Atau motor nyamperin mobil.

Ini akibat biker cuek mau belok. Tanpa sein atau kode tangan. Enak aje dia belok, nggak sadar di belakangnya mobil melaju kencang. Ente wajib melihat ke belakang, kasih tanda kalau mau belok. Jadinya, sopir kagak bingung dan bisa mengantisipasi manuver sobat.


> Jangan Nyalip Mobil Seenaknya
Biasanya terjadi saat lalu lintas lambat merayap alias semimacet. Mobil terpaksa pasrah dalam antrean, sedangkan motor leluasa selimpat-selimpet di antara moncong dan pantat mobil.
Sering terjadi, biker memotong antrean dari kiri ke kanan atau sebaliknya dengan jarak tipis banget. Kalau tiba-tiba mobil menambah kecepatan, bisa dipastikan menabrak motor karena jarak sempit tadi. Kalau toh nggak terjadi tabrakan, sopir biasanya kaget dan mengumpat, ”Sialan!”
Idealnya, penyemplak memperhitungkan betul kalau mau ‘menggunting’. Perkirakan jarak aman atau saat mobil betul-betul berhenti.

> Keluar Gang Jangan Kayak Tikus Got
Tikus keluar dari got, tanpa tengok kiri-kanan. Biker jangan begitu dong! Pernah kejadian, seorang rekan lagi nyopir mobil dalam kecepatan tinggi, langsung banting setir. Gara-gara motor keluar gang ke jalan gede seenak udele dewe. “Gue kaget. Akibatnya, mobil terguling dan salah satu keluarga gue luka parah,” cerita Faisal Mahbub yang kala itu ada acara ke luar kota.
Ini bener-bener dosa biker. Dalam situasi lain mungkin sopir nggak sempat menghindar dan melabrak biker slonong boy tadi. Prediksi betul kondisi lalu lintas sebelum gabung ke jalur besar.

> Jangan terlalu dekat Mobil di Lampu Merah
Persis lampu merah, sampeyan harus waspada. Nggak sadar, kaki penyemplak nangkring di ban depan mobil.
Lampu ijo nyala, mobil jalan dan menggilas kaki penyemplak motor. Serem, orang itu marah-marah sambil ngegedor kaca mobil.
Ayo salah siapa? Kenapa nyimpen kaki dekat sama ban mobil. Waspada dong!

> Be Gentleman Kalo Nyenggol Mobil
Macet, buru-buru... ente pasti selimpetan. Biasanya, setang motor nggak sengaja melabrak spion mobil. Payah banget kalau biker langsung kabur atau belagak bego. Harusnya gentleman dong... Dekati sopir dan minta maaf.
Kalau dimaki-maki, ya risiko!

> Kiat Balik Arah
Mau balik arah pada jalan dengan pemisah jalur, ada kiatnya. Sipnya, semua bodi motor masuk ke pemisah jalan tadi dengan posisi nyerong. Dengan begitu pantat dan moncong motor kagak ada yang nongol. Otomatis, kecil kemungkinan dihantam mobil dari belakang atau depan. Dengan posisi seperti itu pengemudi mobil nggak terhalang.

sumber :
"YVML Bandung 090"
yamaha-vega.or.id

Tips Berkendara Yang Nyaman Saat Musim Hujan

Jalan raya memiliki kualitas yang bervariasi. Ada yang halus dan mulus, ada yang bergelombang, bahkan berlubang-lubang. Jika kondisi cerah hal yang dihadapi tidak terlalu berat bagi pengendara sepeda motor. Namun sebaliknya jika sudah memasuki musim hujan. Perlu adanya perhatian terhadap sepeda motor, hal ini untuk lebih melindungi pengendara dari kecelakaan. Berikut ini tips untuk menghadapi kondisi jalan yang beragam saat musim hujan.

Tips Persiapan Sebelum Berkendara


Helm
Saat hujan lebat dapat menyulitkan pandangan pengendara, apalagi jika hujan sangat lebat. Diperlukan Helmet yang dilengkapi dengan kaca pelindung sehingga pandangan tetap aman saat berkendara. Periksalah kaca helmet tidak boleh buram atau baret baret .

Tips : Biasanya saat berkendara saat hari hujan , napas kita akan membuat embun dibagian kaca bagian dalam. Dan saat hujan lebat sulit melihat dengan pandangan yang jelas. Oleskan Cairan “Shampo” Pada permukaan kaca untuk menghilangkan sisa oli atau kotoran. Hal ini akan memudahkan saat mengusapnya kotoran saat berkendara.

Jas Hujan

Pilihlah jas hujan yang tidak terlalu besar , pilihlah yang ukurannya pas di tubuh kita atau jenis “Celana Panjang” karena akan mempwermudah gerakan tubuh saat berkendara. Hindari penggunaan jas tipe “JUBAH” karena sangat berbahaya, sebab ukuran yang terlalu besar membuat selalu berkibas terkena terpaan angin bahkan tidak jarang tersangkut pada bagain rantai, hal ini tentunya dapat menyebabkan kecelakaan.

Barang Bawaan
Sebaiknya hindari Barang bawaan atau jika harus dibawa, ukurannya tidak lebih dari kendaraan itu maupun ridernya.
Selain mudah basah, hal itu juga dapat mengganggu pengendara. Gunakanlah tas Punggung atau mengikatnya dibagian jok belakang.

C. Tips Melewati beberapa gangguan atau rintangan yanga ada di jalan agar Aman.


Jalan dengan genangan air
Saat melewati genangan air, usahakan untuk mengurangi kecepatan karena genangan air membuat traksi ban berkurang. Jika kondisi lalu lintas disekitarnya memungkinkan, usahakan untuk menghindarinya karena kita tidak tahu sedalam apa genangan air tersebut.

Jalan dengan banyak pasir, berlumpur atau banyak daun kering

Jalan seperti ini juga bisa membuat kita kehilangan kontrol kemudi atau ban selip. Cara terbaik memang dengan menghindari, namun jika sudah terlalu dekat akan sangat berbahaya untuk berbelok-belok menghindar. Sebaiknya kurangi kecepatan dan melintas secara perlahan.

Polisi tidur

Saat melewati polisi tidur, kurangi kecepatan dan lewati secara tegak lurus.

Jalan bergelombang atau berbatu-batu
Untuk melewati jalan seperti ini, gunakan gigi rendah dan melintas perlahan dengan hati-hati. Hindari memindah gigi dan berkendara dengan sedikit mengangkat pantat akan lebih memudahkan untuk menyeimbangkan kendaraan.

Melewati lempeng baja

Pada jalan yang sedang ada perbaikan gorong-gorong, kadang kita harus berjalan diatas lempeng baja contoh Perlintasan Kereta Api/Rel, penutup lubang saat perbaikan jalan dll. . Jika kondisi basah dan sedikit berlumpur, lempeng baja akan menjadi sangat licin. Melintas dengan perlahan dan hati-hati.

Tumpahan oli

Oli yang tumpah dijalan sangat membahayakan karena dapat menghilangkan traksi ban, kemudi menjadi susah dikontrol. Saat melewati tumpahan oli, usahakan jangan sampai melewati dengan kondisi miring / berbelok. Lebih baik berjalan tegak lurus dan usahakan mengurangi kecepatan.


Kehujanan di jalan
Kondisi hujanJalan yang basah membuat jarak pengereman menjadi lebih jauh. Jaga jarak lebih panjang agar terhindar dari tabrak belakang. Saat berbelok juga harus dalam kecepatan yang lebih rendah daripada saat kita melewati dalam kondisi kering.

sumber :Muhamad Abidin
Technical Manager
Service Division
PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia.


Teknik Melibas Tikungan untuk Pemula (1)

Apa yang membedakan orang yang baru saja bisa mengendarai motor dengan yang sudah mahir? Tentu banyak sekali. Namun demikian, salah satu yang paling sering membedakan pengedara yang satu dengan pengendara yang lain adalah kemampuan menaklukkan tikungan. Hal yang sama terutama bisa dirasakan pada saat turing. Saat peserta yang satu harus ngantri di belakang peserta yang lain. Bahkan di arena balap pun fenomena ini sering ditemukan.

Tentu banyak faktor yang bisa menyebabkan seorang pengendara memiliki kecepatan lebih lambat dari pengendara lain. Bisa perbedaan jenis dan teknologi motor, nyali pengendara, kondisi jalur yang dilalui, dst. Kita tidak mungkin membahasnya satu-persatu di sini. Namun demikian, setidaknya dari aspek riding style, teknik menaklukkan tikungan sangat berperan serta.

Bagi yang sudah bangkotan dalam dunia balap maupun turing, teknik menikung bukan masalah lagi. Belajar dari pengalaman sehari-hari mereka bisa menikung dengan “sempurna”. Tikungan bisa dilibas dengan rapi. Tidak lebih dan tidak kurang. Lebih berarti nyelonong ke jalur lain yang berisiko tabrakan. Kurang artinya terlalu mepet ke bahu jalan yang artinya bisa nyusruk. Lantas bagaimanakah teknik menikung yang sesungguhnya?

Pengertian Menikung
Secara sederhana menikung (cornering/turning) dapat didefinisikan sebagai “membelokkan kendaraan ke arah yang dituju”. Bisa kiri atau kanan. Bisa akibat tikungan atau sekedar menghindari kendaraan atau benda tertentu di jalan. Namun demikian, dalam dunia otomotif ada perbedaan antara gaya menikung pada mobil dan motor.
Ketika mengendarai mobil dan ingin belok, yang perlu kita lakukan adalah memutar stir mobil ke arah mana kita akan belok. Kalau kita ingin belok kiri, maka stir mobil kita putar ke arah kiri. Sebaliknya, kalau ingin belok kanan, maka stir kita putar ke arah kanan. Memutar stir akan membuat roda depan mobil berubah arah dari semula lurus menjadi ke arah kiri atau kanan, tergantung ke arah mana stir kita putar. Perubahan arah roda depan pada gilirannya akan membuat mobil bergerak ke arah mana roda depan mengarah. Roda depan mengarah ke kiri, maka mobil akan bergerak ke kiri, roda depan mengarah ke kanan, mobil bergerak ke kanan.
Dalam setiap tikungan, mau cepat atau lambat, patah atau hairpin (tikungan panjang melingkar), mobil melakukan teknik yang sama. Namun pada motor, teknik demikian tidak sepenuhnya bisa diterapkan. Menikung pada motor setidaknya memiliki tiga gaya atau teknik dengan efek yang biasa dirasakan berbeda.

Gaya Konvensional
Gaya ini persis sama dengan gaya menikung mobil di atas. Tekniknya dilakukan dengan memutar batang stang secara bergantian kiri atau kanan tergantung mau belok arah mana. Gaya ini efektif pada kecepatan rendah atau sangat rendah. Biasanya pada saat kita ingin menikung lambat pada belokan patah dan dan sempit, gaya ini dipergunakan.
Coba perhatikan orang yang baru belajar naik motor. Badannya selalu berusaha tegak sehingga terlihat kaku. Ketika berbelok dengan lambat semakin terlihat tegak dan setir diputar habis ke arah tikungan. Jadi, teknik ini sangat basic, bahkan secara naluri telah kita lakukan pada saat awal belajar naik motor. Bagi yang sudah mahir pun gaya menikung semacam ini masih dilakukan. Namun kecepatan aman yang disarankan di sini hanya sampai 10km/jam. Lebih dari itu harus dengan teknik lain.

Body English (BE)
Bagaimana halnya dengan kecepatan di atas 10km/jam? Teknik yang digunakan adalah Body English (BE) atau Counter Steering (CS). Mengapa mengubah teknik? Karena prinsip yang terjadi pada saat itu cenderung berbeda. Pada saat menikung pada kecepatan yang lebih tinggi, yang terjadi adalah perubahan kemiringan motor menurut input (tekanan dan tarikan) yang dilakukan terhadap stang. Kemiringan itu berpengaruh pada dan dipengaruhi oleh ban yang digunakan. Berbeda dengan mobil yang memiliki empat roda, motor hanya beroda dua. Demikian pula ban yang digunakan berbeda. Mobil bersifat flat (rata), sementara motor bersifat membulat.
Prinsip yang terjadi pada saat miring dalam menikung adalah perubahan Contact Patch (CP). Semntara yang dimaksud dengan CP adalah bagian dari ban motor yang menyentuh permukaan jalan. Ketika motor berjalan lurus, bagian dari ban motor yang menyentuh permukaan ada di sebelah bawah ban di bagian tengah ban. Permukaan ban motor yang membulat pun demikian. Mempengaruhi CP sebelah kiri atau kanan, tergantung kemiringan kendaraan dan teknik yang digunakan.
Nah, gaya BE adalah gaya memiringkan tubuh agar bisa belok. Gaya ini menggunakan berat badan untuk memindahkan CP. Bob Sumitro, pakar mengenai hal ini memberi contoh berikut:
“Cari jalan yang lurus dan sepi, kemudian jalankan motor dengan kecepatan sedikitnya 30 km/jam. Setelah yakin bahwa lalu lintas sekitar sepi, pindahkan berat badan anda ke sebelah kiri atau kanan. Begitu berat badan anda pindah/bertumpu ke satu sisi, maka motor anda akan bergerak ke arah mana berat badan anda bertumpu atau anda pindahkan. Kalau berat badan anda pindahkan ke kiri motor akan belok ke kiri, sedangkan kalau berat badan anda pindah ke kanan maka motor akan bergerak ke kanan. Karena tahu mekanisme belok sepeda motor, saya yakin anda bisa menebak dengan benar kenapa hal ini bisa terjadi … Jawaban anda tepat. Sepeda motor bergerak ke arah mana anda memindahkan berat badan karena CP dari ban motor anda pindah ke arah tersebut.”
Menurut pakar satu ini, Body English ini cukup efektif untuk belok. Namun apabila kecepatan pada saat belok agak tinggi (misalnya di atas 70 atau 80 km/jam) tidaklah demikian. Apalagi jika motor yang kita pakai termasuk jenis cruiser atau touring bike dengan rake/trail yang panjang. Gaya ini kurang efektif sebab radius belok kita tidak bisa setajam tikungan, yakni dengan kata lain, gaya menikung BE bisa menimbulkan efek cenderung melebar. Nah, pada saat itulah kita butuh gaya Counter steering (CS).

Counter Steering (CS)
Sudah jelas tujuan Counter Steering (CS) di atas, namun bagaimana tekniknya? CS sering dipahami secara harfiah sebagai mengarahkan stir ke arah berlawanan. Dalam hal ini arah yang berlawanan dengan arah ke mana kita akan menuju. Ini terdengar rancu, meskipun pada dasarnya kurang lebih demikian. Karena itu, lebih baik kita memahaminya sebagai “metode memiringkan motor ke arah tikungan yang dimulai dengan menekan stang (handgrip) ke arah tikungan yang dituju (kiri atau kanan).”
Apabila ingin berbelok ke kiri, maka tangan kiri menekan stang kebawah dan dengan otomatis tangan kanan akan menstabilkan. Pada saat yang sama motor akan miring, namun badan cenderung tegak sebagai counter-kestabilan motor. Dengan demikian, teknik ini juga memindahkan CP, namun bukan dengan berat badan, tapi lebih banyak dengan permainan tekanan tangan pada stang. Untuk lebih jelasnya mari coba latihan ala Bob Sumitro berikut:
“Cari jalan yang sepi dan agak lebar, kalau bisa jalan yang lurus. Sesampai di sana, kendarai sepeda motor anda sampai mencapai kecepatan 40 km/jam dan ambil posisi agak di tengah jalan. Ketika jarum speedo mencapai angka 40, dan setelah anda pastikan bahwa lalu lintas sepi serta tidak ada kendaran lain di sekitar anda, dorong stang kiri motor, sedikit saja dan perlahan-lahan. Jangan heran kalau begitu stang motor kita dorong ke kiri, maka motor akan bergerak ke kiri. Sekarang coba lagi lakukan hal yang sama, tapi kali ini dorong stang kanan, maka motor akan bergerak ke arah kanan.”
Bagi kita yang kebanyakan menikung dengan BE, mendengar dan mempelajari CS seperti sesuatu yang baru. Mungkin karena selama ini kita membawa motor sesuai kebiasaan, menikung dan badan ikut membantu sudut tikungan. Bahkan banyak pula dari kita sangat terpengaruh dengan gaya pembalap melibas tikungan dengan memindahkan seluruh tubuh ke sisi dalam kendaraan di mana tikungan mengarah. Sementara tidak demikian halnya dengan CS yang menjadikan tubuh sebagai penyeimbang. Padahal sebenarnya hampir semua orang pernah menggunakan teknik ini. Ingat ketika masih kecil pake BMX atau waktu masih belajar-belajarnya naik motor? Biasanya kita meliuk-liukkan kendaraan dengan menekan-nekan setang kiri dan kanan. Alhasil seperti gaya Erik Esterada dalam film Chips. Namun demikian, mengapa akhirnya jarang kita gunakan? Karena makin lama kita makin senang dengan gaya belok dengan stang (pada saat tikungan lambat dan kecepatan lambat) atau dengan gaya BE sambil miringkan tubuh kiri dan kanan. Apa soal, kita miskonsepsi bahwa itu lebih nyaman, gaya, & safety.
Kenyataannya, meski sudah sangat jarang kita gunakan, CS sangat menarik (fun), efektif, dan aman. Soal fun silahkan coba sendiri. Soal efektif karena gaya nikung CS benar menikung sesuai steering input (daya tekan kita) pada stang. Artinya a) badan tidak terlalu capai karena tidak perlu terlalu ikut doyong kiri kanan, b) menikung dengan CS memungkinkan posisi badan tetap lurus sesuai kemiringan motor atau agak lebih tegak dari kemiringan motor sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diduga, seperti ada lubang atau menghindari kendaraan yang tiba-tiba bergerak memotong, kita tinggal menarik stang mengikuti badan yg tegak atau miring ke arah sebaliknya.
Kenapa lebih efektif, soalnya berat badan kita tidak sedang miring ke arah tikungan. Bayangkan betapa susahnya memindahkan berat tubuh dari (katakanlah) sebelah kiri ke kanan secara mendadak untuk bermanuver menghindari lubang atau kendaraan lain. Jeda waktu (duration) dan tenaga (effort) yg digunakan pastlah lebih lama & berat. Pada teknik CS, hal ini tidak terjadi. Alhasil, setiap manuver terasa ringan dan kecepatan tetap bisa dipertahankan.

Demikianlah tiga gaya dan teknik basic dalam mengendarai motor ditikungan. Sangat penting dalam berkendara sehari-hari, dan terutama bagi para bikers yang gemar turing.
untuk lebih gaya, kaki agak dibuka dan posisi badan ditegakkan (mirip motoGP)

pengereman yang aman

Terkadang kita lupa memberi tahu bagaimana cara mengerem yang benar ketika
kita sedang membimbing seorang pemula untuk belajar mengendarai sepeda
motor, kita melupakan bahwa menghentikan sepeda motor adalah suatu instruksi
awal bahkan terkadang menjadi suatu keterampilan yang cukup sulit bagi
pemula .

Menggunakan rem pada sepeda motor jauh lebih menantang dibanding menggunakan rem pada mobil. Seorang pengendara sepeda motor harus menggunakan tangan kedua-duanya dan kaki pada waktu yang sama untuk memenuhi kebutuhan agar sepeda motornya berhenti.

Dalam satu gerakan, pengendara harus menarik handle sebelah kiri (clutch
lever kopling) dengan tangan kiri dan menekan handel-rem depan dengan tangan
kanan, di saat yang sama pula diikuti dengan prosses pemindahan turun gigi
persenelling hingga sampai di posisi ke persnelling pertama dengan kaki kiri
dan menekan pedal rem belakang dengan kaki kanan, cukup repot khan..?

Rem depan adalah terpenting di antara dua rem yang ada. Rata-rata suatu sepeda motor mempercayakan rem depan untuk daya hentinya sebanyak 70-to-80 persen.

Sepeda motor dengan jarak sumbu roda panjang akan mempunyai pembagian
bobot/beban berat lebih kebelakang (seperti pada type penjelajah/cruisers),
pada type ini pengereman lebih banyak dipercayakan pada rem belakang, hal
ini berbeda dengan sepeda motor yang memiliki jarak roda yang lebih pendek
(seperti pada type sport/sportbikes), meskipun demikian pada sepeda motor
type penjelajah/cruiser, secara persentase rem depan lebih banyak berfungsi
menyelesaikan proses pemberhentian sepeda motor tersebut.

Bertentangan dengan mitologi yang kuat, bahwa sepeda motor tidak akan terbalik jika pengendara menggunakan rem depan, Pada sepeda motor sport yang modern, adalah sangat mungkin untuk menaikkan roda belakang dengan cara
menerapkan pengereman dengan rem depan - seperti " Stopie " yang sering
diperagakan oleh stunt Man.

Yang terpenting adalah mengembangkan rasa/feeling dari cara kerja atau bagaimana proses rem anda bekerja, dengan demikian anda dapat menggunakan
kekuatan yang sesuai untuk situasi yang diperlukan.

Jika anda menarik handel-rem atau menekan pedal rem dengan terlalu keras,
hal ini akan menyebabkan roda anda akan mengunci (lock) kemudian
terpeleset/slip lalu terjatuh. Biasanya hal ini terjadi pada ban belakang,
yang mana lebih mudah mengunci (lock) dibanding ban depan, terutama sekali
pada sepeda motor yang modern, dimana sepeda motor tersebut sudah dilengkapi
rem-cakram belakang.

Menurut suatu laporan yang dikeluarkan oleh Patroli Jalan raya California di
pertengahan tahun 1990-an, mayoritas kecelakaan para pengendara sepeda motor
setelah diselidiki ternyata rata-rata di akibatkan oleh penguncian ban belakang di saat pengereman terlebih lagi pengereman mendadak.

Penguncian roda oleh rem (lock-brakes) bukanlah suatu hal yang baik, ketika
ban anda sedang meluncur slip, secara drastis hal ini mengurangi daya tarik/traction dan efisiensi pengereman, disaat yang sama pula secara drastis meningkatkan kemungkinan ada dari jatuh/ kecelakaan.

Usahakan ketika mengerem roda anda tidak terkunci dan slip, tapi jika itu terjadi ada sedikit tips yg dapat anda lakukan :

Roda belakang meluncur/slip: biarkan roda belakang yang terkunci sampai
betul-betul berhenti sepenuhnya, tetapkan mata anda dipusatkan/fokus lurus
kedepan dan bukan melihat/fokus ke tanah/jalan.

Roda Depan meluncur/slip: lepaskan rem depan dan kemudian lakukan segera pengeraman depan ulang dengan cara menarik tuas rem depan dengan teknik meremas.


Roda Dua Versus Roda Empat

Mengendarai kendaraan Roda Dua (two-wheeled) melibatkan segala macam
dinamika chasis yang aneh, dinamika ini tidak terdapat di dalam berkendara
roda empat (four-wheeled).

Pada sepeda motor luas penampang permukaan karet ban yang bersinggungan
dengan jalan relatif lebih kecil dibandingkan dengan mobil, Dengan kata lain
suatu sepeda motor memiliki lebih sedikit daya tarik/traction dibanding mobil, bahkan tidak seperti pada mobil, sepeda motor cenderung miring/condong memutar.

Ketika sepeda motor anda miring untuk berputar, maka daya tarik/traction
yang tersedia berubah: ini artinya saat memutar maka daya tarik/traction
menjadi lebih kecil.

Kita dapat melihat bahwa kecelakaan yang menimpa beberapa pembalap terjadi
disaat mereka melaksanakan pengereman pada saat miring didalam sudut
belokan/tikungan

Banyak hal yang membuat pengereman menjadi lebih rumit, saat anda
mempercepat, memperlambat, atau mengerem, anda akan terganggu chasis dari
sepeda motor anda, ini dapat menyebabkan anda berputar atau bergerak tak
tentu arah. Tidak hanya itu yang mengacaukan anda, akan timbul pula sejumlah
tekanan bervariasi pada ban roda anda, yang mana pada gilirannya membuat
daya tarik/traction yang tersedia menjadi bervariasi.

Karena Hukum-hukum fisika juga terjadi pada saat anda mengendarai suatu
sepeda motor, maka ketika anda perlu melaksanakan pengereman sebelum anda
berbelok/memutar. Lakukan pengereman ketika sepeda motor masih tegak lurus,
sebelum anda memiringkan sepeda motor untuk berbelok/memutar.

Jika anda mengerem ketika memiringkan badan ( dalam posisi menikung ), anda
akan jauh lebih mungkin meluncur/slip dibanding jika anda mengerem ketika
sepeda motor tegak lurus. Ingat, ketika miring, anda mempunyai lebih sedikit
daya tarik/traction yang tersedia.

Jika anda sedang dalam perjalanan yang terlalu cepat dan harus memperlambatkan di suduk tikungan, teknik terbaik adalah : tegakan sepeda
motor anda untuk sesaat, rem yang kuat di jalur lurus, kemudian dengan
seketika miringkan/bungkukan ke dalam kurva/ tikungan tersebut. Jika anda
terlambat lakukan ini dalam hitungan beberapa detik saja, anda akan keluiar
dari jalan itu, yang mana ini adalah kesalahan singkat yg mengalahkan semua
manuver anda.


Praktek Pengereman

Terkuncinya roda anda oleh rem anda adalah suatu situasi yang sangat
berbahaya, Untuk membantu menghindari hal itu, berlatihlah menghentikan
dengan cepat di arena parkir atau lainnya, yang bebas dari macet dan
rintangan, cobalah dengan hati-hati untuk tidak mengakibatkan penguncian rem
pada roda .

Saat berkendara di jalan yang lurus dan bebas, praktekanlah melakukan
pengereman secepat dan seefektif mungkin secara maksimal sampai pada tidak
mengakibatkan penguncian rem pada roda anda.

Pastikan ada ruang leluasa yang cukup hingga dapat mengurangi tekanan pada
rem anda yang diperlukan pada saat ban mulai meluncur/slip, juga masih
mempunyai cukup ruang untuk berhenti dengan aman.
Ingat, inti dari latihan ini adalah untuk menyempurnakan ketrampilan anda di
saat kondisi darurat muncul, bukan untuk menciptakan kondisi darurat.

Selama latihan ini, anda hampir bisa dipastikan akan mengalami meluncur/slip
pada ban roda, tetapi jika anda sedang bergerak lurus/langsung dan jangan
panik, ini perlu untuk meningkatkan mental anda mengahdapi situasi seperti
itu.

Tetapi jika anda panik dan jatuh, tentu saja hal ini tidak akan berbahaya
buat anda, karena anda sudah memakai perlengkapan keselamatan yang sesuai.

Praktek ini akan memberi anda suatu perasaan/pengertian di mana batas aman
di dalam situasi pengereman yang keadaan darurat, membuat anda bisa berhenti
dengan yang paling efektif.

Menyiapkan diri untuk mengerem

Ketika anda menyadari berada pada suatu daerah yang mempunyai potensi bahaya
tinggi, usahakan agar beberapa jari dan posisi kaki anda siap untuk
melakukan pengereman, hal ini akan memberikan suatu kesiapan pengeremana
yang lebih baik.

Antilock Sistem Rem

ABS mewakili Antilock Sistem Rem. ABS sistem pada sepeda motor memiliki cara
kerja yang sama seperti kebanyakan yang digunakan pada mobil, sensor
mendeteksi ketika suatu roda tidak berputar, dan melepaskan tekanan rem pada
roda, sehingga mencegah terjadinya meluncur/slip.

Saat kondisi normal, pengendara dapat melakukan ABS tanpa ini, tetapi
didalam keadaan darurat, melengkapi sepeda motor dengan sistim ABS adalah
suatu cara yang baik dan dapat menyelamatkan jiwa anda .

sumber : motorcyclesafety.state.mn.us

 Boncenger

Kenapa Boncenger Cedera Lebih Parah? Karena boncenger meluncur seperti peluru

Naik motor dibonceng sang pacar, sejuta rasanya. Turing jauh pun terasa nikmat. Eh, tetapi jangan terbuai kenikmatan lo. Soalnya, risiko cedera kalau kecelakaan justru lebih gede mengintai boncenger. Sebab menurut teori fisika saat itu ada dua gaya yang mempengaruhi. Analoginya, bak peluru yang ditembakkan! Waduh, gimana dong Mas…?

> Gravitasi Bumi
Menurut data yang diperoleh dari Sub Direktorat Keselamatan Lalulintas dan Angkutan Jalan Direktorat Jendral Perhubungan Darat, tahun 2004 lalu jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak 17.732 kasus di seluruh Indonesia.

Dari total itu, sekitar 14.223 kasus dialami pengguna motor. Serem, kan? Artinya, naik kuda besi sama aja bertaruh nyawa. Nah, demi menghindari itu, Anda harus hati-hati. Terutama bagi boncenger (pembonceng), ada beberapa hal perlu diperhatikan

Memang di sini belum ada survei resmi yang menyebutkan saat kecelakaan, boncenger berisiko lebih parah dari pengendara. “Tetapi pengalaman kami selama turing, faktanya begitu,” kata Syamsul M, ketua Honda Tiger Miling List (HTML) Safety Riding Team (HSRT)

Bisa jadi pendapat itu benar. Sebab secara fisika, boncenger tidak sestabil joki. Apalagi jika mengalami deselerasi mendadak (misal tabrakan atau pengereman). Di sini terdapat dua gaya yang mempengaruhi; gaya gerak lurus berubah beraturan (GLBB) yang mengarah horizontal searah motor dan gaya gravitasi bumi.

> Gaya tarik bumi
satu-satunya pengikat pembonceng dan pengendara yang merupakan gaya normal (tegak lurus) demi menghasilkan gesekan antara sadel dan bikers. Jika GLBB lebih gede dari gaya gesek, tentu boncenger bakal lepas dari boncengan.

Lebih apes
impuls mendadak yang ditimbulkan akibat tabrakan, setara sama peluru yang ditembakkan pada sebuah benda menggantung yang menimbulkan ayunan keras. Akibatnya, terpelantinglah boncenger dan jadi faktor utama kecelakaan fatal.

Lain hal bila pengendara yang ‘kuda-kudanya’ lebih siap. Karena diperkuat memegang setang dan secara psikologis lebih waspada. Letak titik pusat gravitasi juga lebih menguntungkan pengendara. Sebab saat pengereman (motor menukik ke depan), perpindahan titik beratnya tidak separah boncenger. Makanya disarankan, kedua motormania duduk berdekatan dan berpegangan erat. Itu berguna untuk mendekatkan titik pusat gravitasi.

Pasalnya saat ditambah pembonceng, 40% kemampuan berkendara bisa berkurang. Makanya rider kudu ekstra-bertenaga saat bawa penumpang ketimbang sendiri. “Apalagi kalau yang diboncengin kaku, wah berat ngimbanginnya,” keluh Nurdin pemilik Honda Supra.
Artinya menjadi pembonceng itu enggak cuma duduk manis saja, ada beberapa ketentuan yang harus diikuti agar pengemudi bisa nyaman berkendara. “Paling utama pembonceng harus bisa sejiwa dengan pengemudi,”.


sumber : detik

Kecepatan dan Jarak Henti

Bila pengendara sepeda motor ingin menghentikan kendaraannya, pengendara menarik atau menginjak pedal rem. Tapi kendaraan pastinya tidak akan langsung berhenti namun butuh jarak lebih jauh dari titik pengendara tadi mengerem. Jarak ini disebut jarak berhenti. Jarak berhenti artinya jarak yang dibutuhkan kendaraan untuk berhenti total.
(Rumus: Empty distance + Braking distance).

> Empty Distance

Empty Distance adalah jarak saat dimana pengendara menyadari harus mengerem. Kalau diumpamakan sebagai waktu, maka empty distance berkisaran 1 detik.

> Braking Distance
Braking Distance adalah jarak yang dibutuhkan kendaraan untuk berhenti total mulai dari pengendara mengoperasikan rem. Bila kecepatan kendaraan semakin cepat, braking distance akan semakin panjang.
Berarti waktu yang dibutuhkan kendaraan untuk berhenti akan semakin lama. Selain itu braking distance juga tergantung pada kondisi permukaan jalan. Oleh karena itu pada kondisi jalan licin atau berpasirm pengendara diharap mengurangi kecepatan dan lebih berhati-hati.

Jarak Berhenti
Jaga jarak kendaraan anda dengan kendaraan di depan
Kondisi jalan || Jarak Ideal || Contoh
Permukaan jalan kering || 0.5 x angka speedometer || 100 km/jam = 50 m
Permukaan jalan menurun || 1.5 x 0.5 x angka speedometer ||100 km/jam = 75 m

Jenis Rem Sepeda Motor

> Drum Brake
Berada pada bagian roda depan atau belakang. Di dalamnya terdapat brake shoe yang akan menekan dinding drum brake bila pengendara menarik tuas rem. Tekanan pada dinding menghasilkan gaya gesek sehingga kecepatan sepeda motor berkurang.
> Disc Brake
Pada umumnya digunakan di bagian roda depan. Di dalam struktur disc brake terdapat disc pad. Disc pad mendapat tekanan dari caliper yang terdorong karena tekanan minyak rem. Akibat tekanan ini, disc pad bergesekan denga piringan rem.

Kecepatan dan Daya Tubruk
Semakin tinggi kecepatan, semakin besar daya tubruk yang akan diterima. Ilustrasi di bawah bisa dijadikan patokan untuk memahami hubungan kecepatan dan daya tubruk.

Ilustrasi:
Tabel di bawah menggambarkan daya tubruk pada kecepatan:
- 60 km/jam = jatuh dari gedung lantai 5
- 70 km/jam = jatuh dari gedung lantai 7
- 90 km/jam = jatuh dari gedung lantai 10

Teknik Melibas Tikungan Untuk Pemula (2)
 1. Berkendaralah dengan normal
 2. Naikkan ke gigi 2, tambah kecepatan bertahap
 3. Naikkan ke gigi 3
 4. Remlah sebelum memasuki tikungan
 5. Turunkan ke gigi 2
 6. Pandangan mata sejalan arah tikungan
 7. Badan dan motor miring ke arah dalam tikungan
 8. Tambah kecepatan bertahap, naikkan ke gigi 3

Kurangi kecepatan sebelum memasuki tikungan karena bila kecepatan berlebihan bisa berakibat kendaraan keluar jalur sehingga bertubrukan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan.

Tips Menikung

1. Sebelum memasuki tikungan kurangi kecepatan dengan engine brake dan dibantu rem depan dan belakang.
2. Memasuki tikungan, perhatikan permukaan jalan dan kerataannya, lalu cek kondisi lalu lintas. Tentukan kecepatan menikung.
3. Selama menikung, jaga kecepatan dan kemiringan sepeda motor anda. Pandangan harus ke depan.
4. Cek keamanan kondisi lalu lintas setelah keluar tikungan, kembali ke posisi berkendara seperti semula
5. Berkendaralah yang lurus.

Cara Menikung
- Pengendara dan sepeda motor harus selaras di tikungan
Menikung dengan sepeda motor bukan sekedar menggerakkan setang. Pengendara memiringkan sepeda motornya sambil menjaga keseimbangan sepeda motor dengan gaya gravitasi.

- Tikungan dan gaya geser

Secara fisika, saat objek benda menikung terjadi gaya geser ke luar. Oleh karena itu supaya menikung mulus, pengendara harus menjaga keseimbangan motor dari gaya geser keluar dengan gaya geser ke dalam. Cara menimbulkan gaya geser ke dalam, saat menikung sepeda motor agak dimiringkan sesuai kecepatan dan panjang tikungan. Bila keseimbangan ini tidak dijaga, sepeda motor akan bergeser keluar jalur atau bergeser ke dalam hingga terjatuh. Maka itu, penting sekali mengurangi kecepatan saat menikung. Saat menikung, hindari mengerem atau menambah kecepatan secara tiba-tiba karena akan membuat ban kehilangan traksi dan menyebabkan kecelakaan.

- Berboncengan sambil menikung
Ketika berboncengan, gaya geser keluar lebih besar bila dibandingkan ketika berdiri. Oleh karena itu, perlu kekompakkan pengendara dan pembonceng saat menikung. Pembonceng harus menyeimbangkan arah tubuh pengendara baik ketika pengendara mengerem maupun memasuki tikungan.

Tikungan dan Gaya Geser Keluar
3 prinsip gaya geser ke luar
1. Gaya geser ke luar 2 kali lebih besar dari kecepatan kendaraan.
2. Bila radius tikungan semakin pendek, gaya geser ke luar semakin besar.
3. Bila bobot kendaraan semakin besar, gaya geser ke luar semakin besar.

Posisi Berkendara
Berkendara sepeda motor yang baik dan benar adalah dengan cara menjaga keseimbangan motor dengan tubuh pengendara. Posisi berkendara yang benar adalah posisi dimana pengendara mampu mengoperasikan sepeda motornya dengan leluasa dan tidak mudah capai.

7 Point Berkendara Yang Benar
 1. Mata memandang luas ke depan hindari fokus hanya ke satu objek.
 2. Bahu jangan kaku, rileks agar bisa tanggap di segala situasi.
 3. Sikut jangan dilebarkan, lemaskan lengan supaya sikut turun.
 4. Telapak tangan, genggap grip di tengah lemaskan pergelangan tangan supaya mudah digerakkan.
 5. Pinggul pilih posisi duduk yang paling nyaman, jangan terlalu ke depan atau ke belakang. Coba gerakkan setang ke kanan kiri untuk mengecek gerakan tangan tidak terganggu. Kalau posisi duduk tidak nyaman, keseimbangan motor bisa terganggu.
6. Dengkul, jepit tangan tangki dengan dengkul. Ada kalanya menjepit tangki dengan kuat supaya saat melewati jalan rusak atau menikung supaya keseimbangan terjaga.
7. Kaki letakkan di pijakan kaki. Ujung kaki menghadap ke depan. Kaki harus horisontal dengan jalan. Pengereman dan pindah gigi menjadi mantap.
mohon maaf artikelnya mungkin kepanjangan karna didapat berbagai sumber tpi saya berharap bisa bermanfaat...

Minggu, 17 Agustus 2014

Membaca isyarat-isyarat dalam touring/rolling atau konvoi

KODE ISYARAT DALAM TOURING

Kode Isyarat wajib di kuasai Road Captain (RC) dan Vojrider (VJ) dan dapat di mengerti oleh peserta rombongan touring.
Kemudian kode isyarat yang diberikan oleh RC/VJ harus di
ikuti oleh peserta secara berurutan mulai dari peserta nomor 2 & terus ke belakang.
Pada prakteknya beberapa isyarat mempunya arti dan makna yang berbeda. Hal ini karena disesuaikan dengan gaya dan riding style dari setiap komunitas,
klub motor, jenis motor yang dipakai. maupun sikap dari pengendara itu sendiri.
Kode-kode tersebut diantaranya :

1.     START MESIN
RC/VJ memberikan isyarat 'hidupkan mesin' dengan tangan kanan keatas sambil memainkan jari telunjuk tangan kanan.
Posisi masih berhenti dan kode start harus didahului oleh klakson dari Sweeper (SW) yang ada paling belakang. Usai klakson SW tadi, RC memberikan acungan jempol tangan kanan/kiri agar dilihat oleh semua peserta, artinya 'ready to go.'

2.     BELOK KIRI, BELOK KANAN, MAJU TERUS dan BERBALIK ARAH.
RC/VJ memberikan isyarat dengan cara mengangkat tangan kiri dan mengayunkan lengan ke arah kiri dengan telapak tangan terbuka dan jari-jemari rapat, berarti rombongan bersiap BELOK KIRI.
Jika lengan kiri di ayunkan ke arah kanan, berarti bersiap BELOK KANAN.
Dan jika lengan kiri di ayunkan ke arah depan, berarti rombongan dapat jalan terus dengan mengambil arah ke depan atau MAJU TERUS.
Jika RC/VJ mengangkat lengan kiri dan mengacungkan 1 jari kemudian membentuk lingkaran, berarti rombongan harus berputar atau BERBALIK ARAH.

3.     JALANAN BERBAHAYA
Jalanan berbahaya ini bisa jalan berlubang, tidak rata, banyak pasir/kerikil, polisi tidur, berair dan lainnya.
RC/VJ memberikan isyarat dengan cara menurunkan kaki kiri, berarti jalanan ada masalah di sebelah kiri.
Jika kaki kanan yang di turunkan, berarti jalanan ada masalah di sebelah kanan.
Dan jika kedua kaki diturunkan, berarti jalanan tersebut ada masalah sebaiknya turunin kecepatan dan berhati-hati.
4.     MENGURANGI dan MENAMBAH KECEPATAN
RC/VJ memberikan isyarat dengan cara membuka telapak tangan kiri kemudian di gerakan ke atas dan ke bawah secara berulang dan perlahan, berarti rombongan harus MENGURANGI KECEPATANnya.
Jika RC/VJ memberikan isyarat dengan cara membuka telapak tangan kiri kemudian di gerakan ke depan secara berulang, berarti rombongan harus MENAMBAH KECEPATANnya.
Kedua isyarat ini harus mempertimbangkan kondisi jalan.

5.     BUAT FORMASI BARISAN
RC/VJ memberikan isyarat dengan cara mengangkat tangan kiri dan mengacungkan 1 jari, berarti formasi di buat satu barisan di mulai dari Road Captain sampai barisan paling belakang (Sweeper).
Jika RC/VJ mengacungkan 2 jari, berarti formasi di buat 2 barisan, dengan formasi zig-zag.
Isyarat ini meminta formasi barisan grup menjadi 2 dengan syarat kondisi jalan sepi dan formasi memang layak untuk
berbaris dua. Jika kondisi dua baris sudah tidak mungkin lagi, maka secepatnya RC/VJ memberikan isyarat satu baris.

6.     MEMPERJAUH JARAK ANTAR PESERTA
RC/VJ/SW memberikan isyarat dengan cara mengangkat tangan kiri dengan jari terkepal kecuali ibu jari dan kelingking, berarti menandakan untuk MEMPERJAUH JARAK ANTAR PESERTA rombongan khususnya peserta yang berdempetan.

7.     RC MEMBUTUHKAN BANTUAN SWEEPER
RC memberikan isyarat dengan cara menepuk helm bagian kanan dengan tangan kanan 2 kali, berarti RC MEMBUTUHKAN BANTUAN DARI SWEEPER.

8.     ISI BENSIN
RC/VJ memberikan kode isyarat tangan kiri menunjuk ke arah tangki bensin, berarti waktunya ISI BENSIN. Pada saat isi bensin isilah bensin full tangki.

9.     PESERTA ADA MASALAH
Salah satu peserta ada yang membunyikan klakson secara panjang tanpa jeda, berarti peserta tersebut mengalami masalah. SW harus langsung memberi tahu RC supaya memberhentikan rombongan.


10.  MENGHORMATI PENGGUNA JALAN LAIN
Semua peserta tanpa ada isyarat dari RC bisa Mengacungkan ibu jari, tanda bahwa kita MENGHORMATI PENGGUNA JALAN LAIN.

11.  STOP/BERHENTI
RC/VJ memberikan isyarat dengan cara mengangkat tangan kiri dan mengepalkan jari tangan menandakan agar rombongan memperlambat laju kendaraan untuk STOP/BERHENTI.

12.  RAPIHKAN KENDARAAN dan MATIKAN MESIN di TEMPAT PARKIR
RC memberikan isyarat dengan cara mengangkat ibu jari dan telunjuk, berarti peserta harus RAPIHKAN KENDARAANnya di tempat parkir.
jika RC memberikan isyarat dengan cara mengangkat telunjuk dan menggerakannya seperti memotong leher, berarti peserta mengharuskan MEMATIKAN MESINnya.


Catatan Penting

·      Pemberian isyarat harus memperhatikan keselamatan diri sendiri dan pengendara lain sehingga tidak terjadi kecelakaan dikarenakan usaha memberikan/meneruskan isyarat.
·      Pemberian isyarat dilakukan tanpa menimbulkan kesan arogansi dan mengintimidasi pengguna jalan lain. Misalnya : menunjuk pengendara lain agar menyingkir, berdiri diatas motor sambil memberi isyarat pengendara dari arah berlawanan untuk menyingkir, mengangkat kaki seolah-olah ingin menendang pengguna jalan lain, memberikan isyarat yang mengagetkan pengguna jalan lain, dst.


Seluruh keterangan Tata Tertib dan Kode Isyarat Dalam Touring yang telah dipaparkan diatas bukanlah suatu hal yang baku. Sebenarnya masih banyak lagi mekanisme touring, maupun isyarat-isyarat lainnya yang bisa dipergunakan ketika berkendara bersama club/grup. Semua mekanisme touring dan kode isyarat tetap disesuaikan dengan kebutuhan, juga perkembangan dari setiap grup, komunitas maupun club motor yang bersangkutan.
Semua orang ingin menikmati perjalanan dengan nyaman, dan keluarga dirumah pun selalu mendoakan agar kita selamat sampai ditujuan.


APA ITU CLUB ,COMMUNITY DAN GENG MOTOR

Tahun-tahun sekarang entah karena alasan latah atau cuma sekadar meramaikan, banyak club-club motor menjamur diberbagai daerah.
Mulai dari club yang dibawah bendera pabrikan (masing-masing jenis kendaraan) hingga yang berdasarkan hobi atau sekedar perkumpulan. Bahkan tiap daerah pun sudah memiliki ratusan club atau community motor.
Walaupun begitu, masih banyak orang yang salah pengertian terhadap kehadiran club motor. Banyak masyarakat awam yang menyamakan club motor yang secara keseluruhan isinya orang-orang baik tetapi dicap sebagai geng motor yang anarkis.
Untuk itu, mari kita lihat perbedaan antara Geng Motor, Club Motor dan Motor Community.
GENG MOTOR
Sekarang geng-geng motor udah berada dalam taraf berbahaya, tak segan mereka tawuran dan tak merasa berdosa para geng tersebut membunuh. Perbedaan mencolok dari geng motor dan club motor adalah :
  1. Kebanyakan anggota geng motor tidak memakai perangkat safety seperti helm, sepatu dan jaket.
  2. Membawa senjata tajam yang dibuat sendiri atau udah dari pabriknya seperti samurai, badik hingga bom Molotov.
  3. Biasanya hanya nongol malam hari dan tidak menggunakan lampu penerang serta berisik.
  4. Jauh dari kegiatan sosial, tidak pernah membuat acara-acara sosial seperti sunatan masal atau kawin masal, mereka lebih suka membuat acara membunuh masal.
  5. Anggota nya lebih banyak ke pada kaum lelaki yang sangar, tukang mabok, penjudi dan hobi membunuh, sekalipuntidak menutup kemungkinan ada kaum hawa yang ikut dan cewek yang ikut geng motor biasanya cuma dijadikan budak nafsu cowok masal.
  6. Motor yang mereka gunakan bodong, gak ada spion, sein, hingga lampu utama. Yang penting buat mereka adalah kencang dan mampu melibas orang yang lewat.
  7. Visi dan misi mereka jelas, hanya membuat kekacauan dan ingin menjadi geng terseram diantara geng motor lainnya hingga sering terjadi tawuran diatas motor.
  8. Tidak terdaftar di kepolisian atau masyarakat setempat.
  9. Kalau nongkrong, lebih suka ditempat yang jauh dari kata terang. Lebih memilih tempat sepi, gelap dan bau busuk.
  10. Kalau pelantikan anak baru biasanya bermain fisik, disuruh berantem dan minum minuman keras ampe jackpot (muntah-muntah).
Jelas kan ciri-ciri mereka?
Namun sekarang perlu diwaspadai karena ada geng motor yang berkedok club motor. Berpakaian rapi, safety dan penuh perlengkapan berkendaraan namun arogan, anarkis dan egois kalau dijalan serta tak segan mereka membuat rusuh bila merasa diganggu.
Selama AD/ART mereka jelas dan terdaftar dipihak kepolisian, club motor gak bakal berubah menjadi geng motor.
CLUB MOTOR
Club motor biasanya beranggotakan oleh orang-orang yang mempunyai hobi motor. Biasanya berada dibawah bendera pabrikan motor dan mempunyai nama dengan embel-embel pabrikan. Kegiatan club motor lebih mendasar ke arah kampanye safety riding dan kegiatan social.
Ciri-ciri khas anak Club Motor adalah:
  1. Perlengkapan safety dalam berkendara benar-benar komplit.
  2. Motor dan pengendaranya sama-sama lengkap bahkan biasanya ditambah box dibelakang motor buat menaruh helm dan peralatan motor.
  3. Biasanya setiap club motor hanya terdiri dari satu merk dan satu tipe motor saja namun ada juga yang campur-campur.
  4. Nongkrong atau kopdar ditempat yang ramai agar bisa dilihat masyarakat sekaligus ajang silahturahmi kepada club motor lain yang kebetulan melintas.
  5. Pelantikan anggota baru biasanya tanpa kekerasan, hanya untuk having fun dan memberi pengetahuan seluk beluk berlalu lintas yang benar.
  6. Mempunyai visi dan misi yang jelas dan jauh dari ruang lingkup yang anarkis.
  7. Melakukan kegiatan touring ke daerah-daerah sembari membagikan sumbangan.
  8. AD/ART mereka jelas dan tercatat dalam kepolisian atau wadah dari perkumpulan club motor.
  9. Saling tolong menolong terhadap anggota club motor lain ketika dijalan mendapatkan trouble.
  10. Setiap club motor memiliki tujuan dalam berkendara dan peraturan-peraturan yang tidak membebankan anggotanya.
Mudah mencirikan club motor, karena salah satu ciri mereka yaitu tidak ugal-ugalan dijalan walaupun masih ada club-club motor yang masih memiliki sifat arogan serta pengetahuan berlalu lintas yang minim. Harga diri club motor lebih terhina bila kedapatan anggotanya tidak tertib dijalan raya dan tidak dianjurkan memecahkan masalah dengan baku hantam tetapi lebih fleksibel dan bermusyarah bila ada masalah di jalan atau dalam perkumpulan.
MOTOR COMMUNITY
Komunitas motor memang tidak jauh beda dengan club motor, sama-sama tidak melakukan kegiatan yang berbau rusuh dan tawuran. Namun dari segi peraturan dan safety riding, komunitas motor berbeda jelas dan hanya lebih mengandalkan kegiatan touring tanpa embel-embel dari pabrikan motor. Ciri-ciri nya sebagai berikut:
  1. Biasanya community terdiri dari berbagai tipe motor dan merk motor, bebas dan berbagai macam aliran ada.
  2. Berdiri dibawah bendera perkumpulan orang-orang komplek, pabrikan atau perusahaan dan instansi-instansi yang terkait.
  3. AD/ART mereka lebih simple tidak terlalu banyak.
  4. Sama seperti club motor, mereka juga suka melakukan kegiatan sosial.
  5. Bila melakukan touring ke suatu daerah, barisan yang mereka buat kurang cepat alias lambat.
  6. Lebih mengedepankan solidaritas, apapun motornya yang penting mau solid dan bekerja sama.
  7. Pelantikan anggota baru jauh dari kata anarkis dan hanya sekedar pengenalan community dan peraturan saja.
  8. Anggota-anggotanya hanya sekadar komunitas, biasanya terbentuk karena sering nongkrong bareng dan bedasarkan keinginan membangun sebuah wadah bila ingin melakukan touring.
  9. Nama dan lambang mereka ada yang tercatat di kepolisian tetapi ada pula yang tidak dan hanya sebatas kumpulan anak motor saja.
  10. Tidak berbeda jauh dengan club motor.
Demikian artikelnya semoga bisa bermanfaat dan mohon maaf bila ada kurang berkenan,wassalam.